BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam
dunia perikanan dan kelautan banyak sekali alat-alat akustik yang dapat
ditemukan. Dalam praktiknya kita juga dapat melihat para nelayan perikanan
menggunakan alat akustik tersebut. Salah satunya adalah sonar. Sonar adalah
singkatan dari Sound, Navigation, and Ranging merupakan istilah Amerika
yang pertama kali digunakan pada Perang Dunia. Sonar adalah penjalaran suara
dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan lainnya.
Munculnya
sonar tak bisa dilepas dari rintisan tokoh seperti Daniel Colloden pada Tahun
1822. Dia menggunakan lonceng bawah air untuk mengukur kecepatan suara di bawah
air. Ada dua jenis sonar, sonar pasif dan sonar aktif. Sonar pasif adalah sonar
yang tidak mengirim sinyal keluar. Sedangkan, sonar aktif adalah yang mengirim
sinyal dan merima kembali sinyal tersebut.
Selanjutnya
pada masa sekarang ini sonar tidak lagi digunakan dalam hal peperangan saja.
Tetapi sonar juga sudah mulai digunakan dalam hal perikanan tangkap. Sonar
digunakan untuk mendeteksi suara-suara yangdi timbulkan oleh ikan didalam air.
Para nelayan menggunakannya untuk mengetahui di daerah mana yang terdapat
banyak ikan.
1.2.
Tujuan
Untuk
mengetahui penggunaan sonar yang lebih lanjut pada nelayan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Sejarah
Sonar
Sonar
merupakan singkatan dari Sound, Navigation, and Ranging. Sonar digunakan untuk
mengetahui penjalaran suara di dalam air. Cara kerja sonar adalah dengan
mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang
pantulan (echo). Data suara dipancar
ulang ke operator melalui pengeras suara atau di tayangkan di monitor. Sejauh
ini sonar telah digunakan untuk mendeteksi kapal selam, penangkapan ikan
komersial, keselamatan penyelam, dan komunikasi dilaut.
Munculnya
sonar tidak bisa dilepas dari rintisan tokoh seperti Daniel Colloden pada tahun
1882 menggunakan lonceng bawah air untuk menghitung kecepatan suara dibawah
air. Kemudian diikuti oleh Lewis Nixon, pada tahun 1906 yang menemukan alat
pendengar bertipe sonar untuk mendeteksi puncak gunung es.
Sonar
digolongkan menjadi 2 jenis. Yaitu sonar pasif dan sonar aktif. Sonar pasif
adalah sonar yang tidak dapat mengirim kembali sinyal yang keluar. Sedangkan
sonar aktif adalah sonar yang dapat memberi sinyal serta dapat mengirimkannya
kembali.
2.2. Teknologi Eksplorasi
Eksplorasi
disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu. Sekarang ini, eksplorasi
penangkapan di Indonesia sangatlah bermacam-macam. Di Indonesia beberapa jenis ikan
yang di eksplorasi adalah ikan layang, ikan tuna, ikan bandeng dsb.
Untuk menunjang kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi akustik bawah air
(underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas dengan sebutan teknologi
akustik yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam dunia
navigasi disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan
fungsi, Sonar atau Echo sounder pada teknologi navigasi dapat disetarakan
dengan penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di permukaan air.
2.3. Cara Kerja Sonar
Cara kerja sonar adalah dengan
mengirimkan gelombang suara ke dasar perairan kemudian menunggu untuk gelombang
pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara
atau di tampilkan di monitor. Dengan
mengetahui kecepatan gelombang media yang diukur dan dengan menggunakan
persamaan s = v ( ½ t), maka kita akan mendapatkan jarak yang diukur. Factor
setengah di depan t, di atas menyatakan setengah waktu tempuh dari sonar ke
tempat pemantulan dan kembali ke sonar. Dengan ungkapan lain, waktu yang
diperlukan oleh gelombang untuk merambat dari sonar ke tempat pemantulan.
Pada
awalnya sonar hanya memiliki sistem sonar pasif dimana tidak ada sinyal yang
dikirim keluar. Namun seiring perkembangan waktu hadirlah sonar aktif yang mana
sinyal yang dikirim bisa diterima kembali. Sonar berbeda dengan radar. Sonar
menggunakan medium suara yang merambat pada air. Sedangkan radar gelombang
elektromagnetik yang merambat pada medium udara.
2.4. Side Scan Sonar
Side
Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan survey kelautan yang
menggunakan metode akustik. Peralatan ini digunakan untuk memetakan dasar laut yang
juga dapat digunakan untuk mempelajari kehidupan di dasar laut. Sistem
peralatan ini merupakan strategi penginderaan untuk merekam kondisi dasar laut
dengan memanfaatkan sifat media dasar laut yang mampu memancarkan, memantulkan
dan/atau menyerap gelombang suara. Gelombang suara yang digunakan dalam
teknologi side scan sonar biasanya mempunyai frekuensi antara 100 dan 500 KHz.
Pulsa gelombang dipancarkan dalam pola
sudut yang lebar mengarah ke dasar laut, dan gemanya diterima kembali oleh
receiver dalam hitungan detik. Untuk mencari suatu lokasi tertentu, perekaman
perlu mengikuti pola lintasan survey tertentu dengan menggunakan peralatan
penentu posisi GPS dan video plotter. Side scan sonar mampu membuat liputan
perekaman dasar laut dari kedua sisi lintasan survey. Dalam kondisi laut
yang tenang dan haluan kapal yang lurus, sonogram dapat memberikan gambar atau
image yang sangat tajam dan rinci seperti layaknya sebuah foto.
Baru-baru ini, sistem side scan sonar
telah dikembangkan dengan menggunakan teknologi suara ultra medis guna
meningkatkan resolusi target bawah laut yang dicari. Sistem tranduser
side scan sonar disimpan dalam towfish yang ditarik kapal beberapa meter
di bawah permukaan laut. Gelombang suara yang dipantulkan diproses
menjadi image yang mirip foto udara, dan terlihat secara “real-time” pada monitor
komputer. Informasi lokasi dari DGPS (differential global positioning
system) digunakan untuk memandu side scan sonar yang ditarik sepanjang lintasan
yang telah ditentukan, serta untuk mengidentifikasi lokasi berbagai titik pada
image side scan.
2.5. Teknologi Hydro-Acoustic
Hydro-acoustic merupakan suatu teknologi pendeteksian
bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument), beberapa
antara lain: ECHOSOUNDER, FISHFINDER, dan SONAR. Teknologi ini menggunakan
suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa
kecepatan suara di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara
hanya 340 m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah
air. Beberapa langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter
yang menghasilkan listrik dengan frekwensi tertentu. Kemudian disalurkan ke
transducer yang akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara
tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan (biasanya dengan satuan ping).
Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai obyek
(target), kemudian suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek (dalam bentuk
echo) dan diterima kembali oleh alat transducer. Echo tersebut diubah kembali
menjadi energi listrik; lalu diteruskan ke receiver dan oleh mekanisme yang
cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan menggunakan echo signal processor
dan echo integrator.
Metode hydro-acoustic merupakan suatu usaha untuk
memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran
gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan
digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal,
biasa disebut echo sounder atau fish finder. Penggunaan metode hydro-acoustic
mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya :
1. Berkecepatan
tinggi.
2. Estimasi stok
ikan secara langsung dan dapat memonitor pergerakan ikan.
3. Akurasi tinggi
dan tidak merusak sumber daya ikan dan lingkungan.
2.6.
Manfaat Sonar
a. Pengukuran
Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry).
b. Pengidentifikasian Jenis-jenis
Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers).
c. Pemetaan Dasar Laut (Sea bed
Mapping).
d. Pencarian kapal-kapal karam
didasar laut.
e. Penentuan jalur pipa dan kabel
dibawah dasar laut.
f.
Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut.
g. Dapat
mengetahui daerah diduga mempunyai kelimpahan/kepadatan ikan yang tinggi.
h. Memberikan
Informasi kepada Nelayan setempat sekaligus mengevaluasi kinerja unit
penangkapan yang digunakan sehingga dapat dihasilkan hasil tangkapan yang
optimum.
i.
Memberikan informasi kepada pelayaran agar
terhindar dari bahaya-bahaya kapal kandas dikarenakan dangkalnya suatu
perairan.
j.
Dapat mempermudah unit penelitian laut
beserta sumberdaya laut tersebut.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
1. Sonar adalah kepanjangan dari
Sound, Navigation, and Ranging.
2. Sonar
digolongkan menjadi 2 jenis. Yaitu sonar pasif dan sonar aktif.
3. Eksplorasi
disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu.
4. Cara kerja
sonar adalah dengan mengirimkan gelombang suara ke dasar perairan kemudian
menunggu untuk gelombang pantulan (echo).
5. Side
Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan survey kelautan yang
menggunakan metode akustik. Peralatan ini digunakan untuk memetakan dasar laut yang
juga dapat digunakan untuk mempelajari kehidupan di dasar laut.
6. Salah satu kelebihan sonar
adalah berkecepatan tinggi.
7. Salah satu manfaat sonar
adalah sebagai Analisa
Dampak Lingkungan di Dasar Laut.
3.2.
Saran
Penggunaan
sonar untuk nelayan kelak di kemudian hari harus lebih di tingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rifni, Darmadi. 2011. http://dhamadharma.wordpress.com/ (diakses pada 24 november 2012)
Kasfo. 2011. http://kasfo.blogspot.com/
(diakses pada 24 November 2012)
Karyono,Afirman. 2010. http://afirmankaryono.blogspot.com/ (diakses pada 24 November
2012)
Rifky, Chaerul. 2011. http://blog.uin-malang.ac.id/chrifky/archives/41 (diakses pada
24 November 2012)
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan. Side Scan Sonar.
Salman. 2012. http://kelautan-atjeh.blogspot.com/ (diakses pada 24 November
2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar