1.1. Latar Belakang
Berdirinya
BBPPI diawali sebagai pangkalan Armada Survei dan Eksplorasi Direktorat
Jenderal Perikanan Departemen Pertanian RI bertempat
di Semarang tahun 1975 dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor : 190/Kpts/Org/5/1975, tanggal 2 Mei 1975. Pada perkembangan selanjutnya
ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang perikanan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 308/Kpts/Org/1978 Tahun
1978. Pada tahun 1999, dan BPPI berada dibawah naungan Departemen Eksplorasi
Laut RI setelah mengalami pemisahan dari Departemen Pertanian RI.
Sesuai dengan beban tugas yang diberikan, maka berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 308/Kpts/Org/1978, tanggal 1 April 1978
maka BPPI Semarang ditetapkan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
bidang perikanan lingkup Direktorat Jenderal Perikanan.
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor : Kep.26G/MEN/2001, tanggal 01 Mei 2001 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang.
BBPPI Semarang menjadi Balai Besar Pengembangan Penangkapan
Ikan (BBPPI). Perubahan tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI Nomor : Per.03/MEN/2006, tanggal 12 Januari 2006, tentang Susunan
Struktur Organisasi Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. BPPI Semarang
mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan penerapan dan pengembangan teknik
penangkapan dan pengawasan serta kelestarian sumberdaya hayati perairan.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum Akustik dan Telemetri Kelautan ini adalah:
1.
Mengenal macam-macam alat
akustik dan telemetri kelautan yang ada di BBPPI Semarang
2.
Mengetahui fungsi dan cara
kerja alat bantu navigasi kapal penangkapan ikan
1.3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Akustik dan
Telemetri Kelautan dilaksanakan pada hari selasa, 4 desember 2012. Bertempat di
Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang, Jawa Tengah.
II.
PEMBAHASAN
2.1. Global Postioning system
(GPS)
2.1.1. Pengertian dan Fungsi Alat
GPS
atau Global Positioning System adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan
penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24
satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di
permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. GPS
juga merupakan sistem navigasi yang dibuat oleh Amerika Serikat (Hidayat, 2012).
Sistem
ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta informasi
mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan
cuaca, bagi banyak orang secara simultan. Saat ini GPS sudah banyak digunakan
orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi
tentang posisi, kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat
memberikan informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa
millimeter (orde nol) sampai dengan puluhan meter. Fungsi GPS adalah untuk
menentukan letak atau posisi sebuah benda menurut lintang, bujur, serta
akurasinya ( Mahardiansyah, 2012).
2.1.2. Cara Kerja
Gambar 1. Cara kerja GPS
Prinsip
penentuan posisi dengan GPS yaitu menggunakan metode reseksi jarak, dimana
pengukuran jarak dilakukan secara simultan ke beberapa satelit yang telah
diketahui koordinatnya. Pada pengukuran GPS, setiap GPS memiliki empat parameter yang harus ditentukan
: yaitu 3 parameter koordinat X,Y,Z atau L,B,h dan satu parameter kesalahan
waktu akibat ketidak sinkronan jam osilator di satelit dengan jam di receiver
GPS. Oleh karena diperlukan minimal pengukuran jarak ke empat satelit (Santoso,
2012).
Sistem
kerja GPS adalah dengan menstransmisikan sinyal dari satelit ke perangkat GPS (portable
GPS murni, ataupun smartphone yang sudah memiliki fitur GPS). Kemudian satelit
mentrasmisikan ke pusat kontrol, lalu dikembalikan lagi kesatelit hingga
akhirnya diterima oleh GPS. GPS membutuhkan transmisi dari 3 satelit untuk
mendapatkan informasi dua dimensi (lintang dan bujur), dan 4 satelit untuk tiga
dimensi (lintang, bujur dan ketinggian). Karena GPS bekerja mengandalkan
satelit, maka penggunaannya disarankan di tempat terbuka. Penggunaan di dalam
ruangan, atau di tempat yang menghalangi arah satelit (di angkasa), maka GPS
tidak akan bekerja secara akurat dan maksimal (Wahyu, 2008).
2.1.3. Kelemahan dan Kelebihan
Alat
GPS memiliki kekurangan dan kelebihan.
Kelebihan GPS adalah :
1.
Dapat menunjukkan lokasi tujuan,
2.
Lama perjalanan yang akan
ditempuh,
Sedangkan kekurangan GPS antara lain adalah
:
1.
GPS yang ada di Indonesia
kebanyakan memakai sistem posisi longitude dan latitude, sedangkan di Indonesia
sistem posisinya menggunakan Jakarta sebagai daerah utama (0 derajat);
2.
GPS harus
dipakai di tempat yang terbuka karena dia menstramisikan sinyal satelit,
sehingga tidak mudah memakai GPS di dalam ruangan;
3.
Baterai
GPS tidak dapat bertahan lama, jika baterai telah habis dan kitabelum sampai di
tempat tujuan, maka tidak ada bantuan navigasi ;
4.
GPS dapat
mengukur ketinggian, namun biasanya kesalahan GPS cukup besar, dan kurang cocok
membantu navigasi di daerah pegunungan.
2.2. Radar
2.2.1. Pengertian
dan Fungsi Alat
RADAR merupakan singkatan
dari Radio Detection and Ranging atau deteksi penjarakan. Radar adalah suatu
sistem yang digunakan untuk mendeteksi dan menentukan lokasi suatu target
berdasar karakteristik perambatan gelombang elektromagnet (g.e.m.). Hal ini
dapat dilaksanakan dengan jalan mendeteksi pantulan dari g.e.m dengan bentuk
tertentu, seperti bentuk sinusoidal yang dimodulasi pulsa, setelah g.e.m. yang
semula dipancarkan tersebut dipantulkan kembali oleh target / objek yang
dikenalinya. Pantulan g.e.m. tersebut dipancarkan sesuai dengan besar panjang
gelombang dan bentuk dari objek pemantulnya. Jika panjang gelombang yang
dipancarkan lebih pendek dari ukuran objek yang ada maka gelombang tersebut aka
di pantulkan kembali seperti gelombang cahaya yang terpantul dalam sebuah
cermin. Dengan cara ini Radar telah meningkatkan kemampuan manusia utk
mengamati/melihat ligkungannya, terutama secara fisik (Meryseran, 2011).
Pada dasarnya suatu sistem
RADAR terdiri dari :
1.
Oscillator :
Sebagai pembangkit g.e.m
2.
Antena Pemancar : meradiasikan g.e.m yang dihasilkan Oscillator
3.
Antena Penerima
Meski Radar yang modern
memiliki beberapa fungsi. Fungsi utamanya adalah sebagai pengukur jarak. Selain
itu radar dapat digunakan sebagai alat pendeteksi curah hujan dan cuaca buruk,
seperti adanya badai. Dalam bidang pelayaran radar digunakan untuk mengatur
jalur kapal agar setiap kapal dapat berjalan di jalurnya masing-masing. Karena sampai saat ini belum ada alat lain
yang dapat mengimbangi Radar (Meryseran, 2011).
2.2.2.
Cara Kerja
Gambar 2. Cara kerja radar
Radar menggunakan prinsip
kerja dengan cara memancarkan gelombang radio atau sinyal dan dipantulkan dari
suatu benda tertentu kemudian akan ditangkap oleh Radar. Ada tiga komponen
utama dalam Radar, yaitu antena, transmitter dan reciever. Meskipun terdapat
perbedaan nama, tetapi komponen utama radar memiliki fungsi yang sama.
Penyebutan yang berbeda dari komponen radar hanya untuk memudahkan dalam
pengucapan (Asosiasi Radar Indonesia, 2011).
Transmitter radar akan
memancarkan gelombang radio high frequency berulang ulang secara menyebar dan
Pancaran ini berlangsung per microsecond. Kemudia radar akan mematikan
transmitnya dan menyalakan receive nya untuk menerima echo / gema nya. Radar
akan mengukur waktu datangnya echo / gema begitu juga echo nya doppler shift.
gelombang radio bergerak pada kecepatan cahaya sekitar 1000feet/microsecond
sehingga memiliki perhitungan waktu yang baik yang dapat mengukur jarak pesawat
dengan menggunakan peralatan special signal processing, radar juga dapat
mengukur doppler shift dan kecepatan pesawat dengan sangat akurat.
2.2.3.
Kelemahan dan Kelebihan Alat
Radar memiliki kelemahn
dan kelebihan. Kelebihan Radar adalah:
1.
Dapat digunakan untuk mengukur cuaca;
2.
Dapat digunakan untuk mengetahui atau
mendeteksi posisi keberadaan pesawat lain;
3.
Dan sering digunakan pada kapal pelayaran,
dan pesawat terbang untuk menentukan posisi kapal lain.
Sedangkan kelemahan Radar
adalah:
1.
Gelombang yang dipancarkan terkadang tidak
dapat mencapai tujuan;
2.
Aspek resolusi terbatas;
3.
Kadang-kadang sinyal yang kembali palsu.
2.3. Fish Finder
2.3.1. Pengertian
dan Fungsi Alat
Fish Finder ialah
perangkat elektronik yang bekerja deengan cara
memancarkan gelombang ultrasonik dan menangkap kembali pantulannya.
Perangkat fish finder yang digunakan untuk memancarkan gelombang dan menangkap
gelombang yang kembali disebut dengan nama transduser. Proses gelombang
pantulan yang berulang-ulang itu ditangkap transduser kemudian diterjemahkan
dalam monitor dalam bentuk titik-titik sehingga menimbulkan topografi dasar
perairan (Mahardiansyah, 2012).
Dari hasil pembacaan gambar topografi itulah akhirnya kita bisa membedakan kekerasan dari topografi
struktur dasar perairan. Biasanya bila keadaan dasar perairan benda yang keras
maka warna di monitor gambarnya lebih pekat. Sebaliknya jika topografi lembek
maka gambar di monitor pun tidak pekat. Komponen dari fish finder antara lain
transmitter, transduser, reciever dan recorder (Budi, 2012).Selain topografi
dasar perairan, gelombang suara yang dipancarkan oleh transduser terkadang
mengenai benda-benda yang melayang dalam air, karena benda tersebut juga
memantulkan gelombang.
Benda yang melayang itu pun bisa terbaca dalam monitor
fish finder. Benda yang melayang itu bisa saja kumpulan ikan, sampah atau
rumput laut. Namun bila di karang-karang atau struktur topografi perairan yang
keras biasanya benda yang melayang itu adalah gerombolan ikan. Fish
finder dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Perm gema. Fish finder
adalah alat bantu yang digunakan dalam sistem navigasi kapal penangkapan.
Fish finder memiliki
fungsi antara lain untuk mengukur kedalaman laut, dan dapat digunakan untuk
mendeteksi dan mencari gerombolan ikan demersal. Selain itu dapat digunakan
untuk melihat bentuk kontur dasar perairan.
2.3.2. Cara Kerja
Gambar 3. Cara kerja fishfinder
Prinsip kerja fish finder
ialah pengukuran kedalaman laut berdasarkan pulsa getaran suara. Pulsa-pulsa
getaran suara tersebut dipancarkan dari transduser kapal merambat melalui media
air laut secara vertikal ke dasar laut, kemudian dasar laut atau target lainnya
seperti ikan dan lain-lain akan memantulkan pulsa tadi yang kemudian diterima
oleh transduser reciever kapal. Getaran pulsa tersebut
dipancarkan transducer kapal secara vertikal ke dasar laut,
selanjutnya permukaan dasar laut akan memantulkan kembali pulsa tersebut,
kemudian diterima oleh transducer kapal Selang waktu pulsa saat
dipancarkan, hingga kembali kembali ke receiver dapat dihitung, sedangkan
kecepatan merambat suara di air laut dapat dikatakan tetap, sehingga separuh
waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan suara diair dapat dihitung sebagai
kedalaman air.
Proses kerja fish finder
adalah pertama dengan menyalakan alat, kemudian diperiksa gainnya. Setelah itu dinyalakan
tobel white line. Kemudian mengatur depth range, dan phase range. Terakhir
disiapkan paper speed, dan fish finder siap digunakan.
2.3.3. Kelemahan
dan Kelebihan Alat
Fish finder memiliki
kelemahan dan kelebihan. Kelemahan alat ini adalah:
1.
Perangkat keras fish finder yang canggih
harganya relatif mahal;
2.
Masih langkanya ketersediaan suku cadang;
3.
Penerimaan gambar oleh fishfinder, tidak
dapat berupa gambar sesungguhnya. Jadi kemungkinan salah dalam mengenali ikan
cukup besar.
4.
Masih sedikitnya SDM yang mumpuni untuk
mengoperasikan, merawat,dan memperbaiki alat ini.
Sedangkan kelebihan fish
finder antara lain:
1.
Waktu yang yang diperlukan untuk pendugaan
stok relatif lebih cepat.
2.
Hasil survey lebih bervariasi
3.
Akurasi survey lebih baik jika dibandingkan
dengan keluaran lain.
2.4. Sonar
2.4.1. Pengertian dan Fungsi Alat
Sonar merupakan singkatan
dari Sound Navigation and Ranging adalah suatu alat yang menggunakan teknik
penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air
lainnya. Istilah sonar pertama kali dikenalkan oleh Amerika semasa perang
dunia. Kemunculan sonar tidak bisa lepas dari rintisan tokoh seperti Daniel
Colloden pada tahun 1822 yang menggunakan lonceng bawah air untuk mengukur
kecepatan suara di bawah air Danau Geneva, Swiss.
Hal ini kemudian diikuti
oleh Lewis Nixon pada tahun 1906 yang menemukan alat bertipe sonar pertama
untuk mendaki gunung es. Minat terhadap sonar semakin tinggi semenjak Perang
Dunia , yaitu ketika ada kebutuhan mendeteksi kapal selam. Dalam perkembangan selanjutnya ada nama Paul Langevin yang tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk
mendeteksi kapal selam dengan menggunakan
sifat-sifat piezoelektrik kuartz. Meski tak sempat terlibat lebih jauh dalam upaya perang, karya Langevin
berpengaruh besar dalam desain sonar.
Pada tahun 1918 Inggris
dan AS membuat sistem aktif, di mana sinyal sonar aktif dikirim dan diterima kembali. Misalnya saja untuk mengetahui jarak
satu obyek, petugas sonar mengukur waktu yang diperlukan oleh sinyal sejak
dipancarkan hingga diterima kembali. Karena tidak ada sinyal yang dikirim pada
sistem pasif, alat hanya mendengarkan. Pada sistem pasif maju, ada bank data sonik (sumber bunyi) yang besar. Sistem komputer menggunakan bank data tadi
untuk mengenali kelas kapal, juga aksinya (kecepatan atau senjata yang
ditembakkan).
Sonar memiliki fungsi
antara lain sebagai; Pengukuran dasar laut (Bathymetri), Pengidentifikasian
jenis lapisan sedimen dasar laut (subbottom profile), Pemetaan dasar laut (sea
bed mapping), Pencarian kapal-kapal karam di dasar laut, Penentuan jalur pipa
dan kabel di dasar laut,dan Analisa dampak lingkungan dasar laut.
2.4.2. Cara Kerja
Gambar
4. Cara kerja Sonar
Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim
gelombang suara bawah permukaan dan kemudian menunggu untuk gelombang pantulan
(echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau
ditayangkan pada monitor sebagai energi listrik. Dengan mengetahui kecepatan
gelombang media yang diukur dan dengan menggunakan persamaan s = v ( ½ t), maka
kita akan mendapatkan jarak yang diukur. Factor setengah di depan t, di atas
menyatakan setengah waktu tempuh dari sonar ke tempat pemantulan dan kembali ke
sonar. Dengan ungkapan lain, waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk
merambat dari sonar ke tempat pemantulan.
Suara yang dipancarkan tersebut akan
mengenai obyek (target), kemudian suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek
(dalam bentuk echo) dan diterima kembali oleh alat transducer. Echo tersebut
diubah kembali menjadi energi listrik; lalu diteruskan ke receiver dan oleh mekanisme
yang cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan menggunakan echo signal
processor dan echo integrator.
2.4.3. Kelemahan dan Kelebihan Alat
Sonar
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan alat ini adalah:
1.
Berkecepatan tinggi;
2. Estimasi stok
ikan secara langsung dan dalam wilayah yang luas sehingga dapat memonitor
pergerakan ikan;
3. Akurasi tinggi,
sehingga tidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan lingkungan.
Sedangkan
kelemahan sonar adalah;
1. Penggunaannya
terkadanag hanya dapat diperairan dangkal;
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Radar Indonesia. 2011. http://www.radar-nasional.org/home/
(diakses pada 10 desember 2012).
Irawan, Dian. 2012. http://diwanfisika.blogspot.com/2012/03/konsep-dan-cara-kerja-radar.html
(diakses pada 24 Desember 2012).
http://bbppi.info/index.php?pilih=hal&id=6
(diakses pada 10 desember 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar